BATAM, Realitasnews.com - Badan Pengusahaan (BP) Batam bersama
Kementerian ESDM, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan PLN
Batam melakukan peninjauan lapangan di Waduk Duriangkang dan Waduk Tembesi
dalam rangka melihat ketahanan energi sektor ketenagalistrikan di Batam, Rabu
(21/9/2022).
Kunjungan tersebut untuk
mendapatkan informasi terkait ketenagalistrikan seperti kecukupan pasokan dan
jaringan listrik, rasio elektrifikasi, hingga rencana perkembangan pembangunan
ketenagalistrikan energi terbarukan (PLTS) di Batam.
“Mengenai kecukupan dan kebutuhan listrik di Batam, kita melihat dari rencana PLN Batam akan ada penambahan kapasitas dan pemindahan gardu ke Batam. Rencana jangka panjangnya yaitu interkoneksi Sumatera-Batam, jika investasi ini terealisasi maka ada tambahan sekitar 2000-3000 MW dan ini sangat besar,” kata Kepala Pusat Pengembangan KPBPBB dan KEK BP Batam selaku Ketua Tim Teknis Kerja Sama Pengembangan PLTS Waduk KPBPBB, Irfan Syakir Widyasa
Irfan menyebutkan untuk
pengembangan PLTS sendiri akan dikembangkan dengan skala besar dan sudah masuk
proyek strategis nasional. BP Batam berharap di tahap pertama ini, paling tidak
ada 40 MW di Waduk Tembesi dan 720 MW di Waduk Duriangkang.
“Kedepan rencana kebutuhan di
Batam banyak pengembangan esar, butuh dukungan listrik, seperti pengembangan di
Rempang sesuai rencana induk, kebutuhannya bisa mencapai 2.000 MW. Kemudian, data center di Nongsa, jika 11 data
center sudah terealisasi maka membutuhkan 500 MW,” sebut Irfan.
“Mudah-mudahan dengan pertemuan
ini apa yang kita rencanakan bisa sinkron dengan rencana PLN, ESDM dan didukung
oleh seluruh pihak yang terkait,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama,
Auditor Ahli Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Reinaldy Agung
mengatakan peninjauan lapangan ini tindak lanjut dari rapat terbatas yang di
pimpin Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada 20 Juni 2022 lalu, itu
terkait antisipasi krisis pangan dan energi.
“Kondisi global saat ini tidak
menentu, sehingga menyebabkan harga komoditas dunia terus meningkat. Aspek
ketersediaan utamanya sumber energi, di mana Batam sangat bergantung pada
gas. Kalau kita lihat dari sisi cadangan
sendiri sebenarnya tidak sampai 20 tahun lagi gas kita akan habis. Jadi memang
perubahan transformasi ke energi EBT itu sudah menjadi suatu ke niscayaan,” jelas
Reinaldy.
Ia pun meyakini kebutuhan listrik
akan terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan penduduk. “Sehingga
langkah-langkah antisipasi segera harus dilakukan supaya tidak terlambat dalam
memenuhi kebutuhan yang terus meningkat,” ujarnya.
Analis Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Firdaus Pioneertha Ibo, menyampaikan pihaknya juga fokus kepada rasio elektrifikasi dan System Average Interruption Duration Index, System Average Interruption Frequency Index dimana terdapat kurang lebih 20 pulau yang masih belum dialiri listrik di Batam khususnya dan Kepri umumnya.
“Kedepan baik dari kebijakan
dedisilesasi, konversi dari PLTD ke PLTS dan atau juga grip paket laut semoga
bisa mendorong peningkatan rasio eletrikfikasi juga,” imbunya.
Sementara, EVP PPRM PLN Batam,
Mohammad Arief Rachman menyatakan saat ini kondisi pelistrikan di Batam bisa
dikatakan cukup, namun menurutnya Batam harus punya cadangan operasi minimal 20
persen.
“Tentu kita perlu dukungan dari
pemerintah agar ada sumber pasokan gas dari sumber lain,” ucapnya.
(Ril)
Posting Komentar
Facebook Disqus