Dilihat kali
TEBING TINGGI, Realitasnews.com – Ketua Dewan Hakim Cabang Seni Kaligrafi Alquran Satria Sakti Nasution mengatakan sebanyak 184 orang peserta dari berbagai daerah kabupaten/kota di Sumut mengikuti perlombaan cabang Seni Kaligrafi Alquran pada Musabaqah Tilwatil Quran (MTQ) ke-37 tingkat Provinsi Sumatera Utara (Sumut) di Kota Tebingtinggi.
Satria Sakti Nasution mengatakan cabang Seni Kaligrafi Alquran merupakan yang paling banyak diminati.
Ia menjelaskan jumlah yang mengikuti cabang Seni Kaligrafi Alquran tersebut terdiri atas 24 putra dan 24 putri golongan Kaligrafi Kontemporer, 24 putra dan 24 putri Kaligrafi Dekorasi, 22 putra dan 22 putri Golongan Naskah, dan 22 putra dan 22 putri Golongan Hiasan Mushaf.
Banyaknya peminat pada cabang Seni Kaligrafi Alquran dirinya optimis pada ajang MTQ Tingkat Nasional nanti Sumut akan mampu mendulang gelar juara.
"Dilihat dari jumlah peminat yang semakin besar dan hasil karya adik-adik ini, Sumut insya Allah bisa meraih juara di MTQ Tingkat Nasional mendatang," ujar Satria, saat ditemui sejumlah awak media di Anjungan Sri Mersing, Tebingtinggi, Selasa (8/9/2020).
Satria Sakti Nasution menyebutkan dari 4 golongan seni kaligrafi, yaitu Kaligrafi Kontemporer, Dekorasi, Naskah dan Hiasan Mushaf, golongan kaligrafi kontemporer peminatnya jauh lebih besar, sebab banyak pelukis yang ikut serta pada golongan kaligrafi ini.
Ia menyebutkan jika golongan kaligrafi dekorasi dan naskah hanya orang-orang yang paham kaedah yang bisa tampil. Tapi kalau kaligrafi kontemporer ini para pelukis pun bisa ikut serta.
Sakti juga mengatakan, kaligrafi kontemporer bisa menjadi media dakwah dalam bentuk lukisan. Yakni dengan melukiskan ayat-ayat Alquran, seperti Surah Ar Rahman, ayat 13 yang dilukis para peserta yang menceritakan tentang nikmat Tuhan.
“Ayat tersebut dipilih agar para peserta diharapkan mampu menggambarkan kenikmatan Tuhan yang diberikan pada kita lewat media gambar. Pasti mereka akan memandang dengan cara yang berbeda," tambahnya.
Untuk diketahui, kaligrafi kontemporer adalah istilah atau sebutan untuk sebuah karya yang lepas dari kaedah dan bentuk huruf yang baku atau “menyimpang” dari rumus-rumus dasar kaligrafi yang merupakan bentuk manifestasi gagasan dalam wujud visual.
Untuk mengerjakan lukisan kaligrafi kontemporer, para peserta pun diberikan waktu selama 6 jam. Kebanyakan peserta menggunakan gambar makhluk hidup, seperti hewan atau bentuk bunga dalam lukisannya.
Menurut Mira Mustika, salah seorang kafilah asal Tebing Tinggi yang pernah menjadi Juara Kedua MTQ Tingkat Nasional 2018, bahwa MTQ tahun ini lebih beragam pesertanya. "Banyak peserta yang bagus-bagus, tapi yang menjadi kendalanya adalah waktu yang dipercepat. Biasanya untuk menghasilkan karya, dibutuhkan waktu minimal 8 jam," ujarnya.
Tidak hanya sekedar hobi, lukisan kaligrafi kontemporer juga bisa menjadi bisnis yang bernilai ekonomis.
"Kaligrafi kontemporer semakin diminati kalangan pelukis, santri dan peserta Musabaqah Kaligrafi Quran (MKQ) karena mengasyikkan dan juga menjadi lapangan usaha yang semakin menguntungkan. Untuk satu lukisan saja, saya bisa menjual hingga Rp800.000," tambahnya.
Dikatakannya, untuk melatih agar lukisannya tetap bagus, Mira selalu meluangkan waktu setelah pulang kerja untuk berlatih.
"Sepulang kerja saya luangkan waktu untuk mengasah kemampuan, karena saya punya target untuk memenangkan tingkat nasional," harapnya. (Jan)
Posting Komentar
Facebook Disqus