Dilihat kali
BATAM, Realitasnews.com – Ketua DPRD kota Batam, Nuryanto menghimbau tim medis khususnya pihak dokter dan perawat yang menangani pasien Corona Virus Disease (Covid-19) agar tetap semangat, DPRD kota Batam akan mendukung Pemko Batam untuk membasmi Covid-19 di Kota Batam.
Kader PDI Perjuangan ini meminta pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah agar mengambil hikmah atau pelajaran dari pasien 01,02 dan 03 yang terkonfirmasi positif Covid -19.
Hal itu disampaikan Nuryanto saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) dengan agenda, strategi dan kebutuhan penganggaran penanganan Covid – 19, Kamis (2/4/2020) di ruang Sidang Utama gedung DPRD kota Batam, Batam Center, Batam.
Hal senada disampaikan oleh anggota Komisi I DPRD Kota Batam T Erikson Pasaribu yang menyebutkan banyaknya laporan masyarakat khususnya keluarga pasien yang positif Covid-19 yang menilai lambatnya penanganan pihak RSUD Embung Fatimah.
“ Pihak rumah sakit Embung Fatimah harus mengklarifikasinya agar masyarakat bisa mengetahuinya, hal ini perlu agar masyarakat tidak terlalu resah akan Covid-19 sebab banyak juga kita ketahui pasien yang positif Covid-19 bisa sembuh,” katanya.
Menyikapi akan hal itu Direktur RSUD Embung Fatimah drg. Ani Dewiyana mengatakan bahwa pasien yang di rujuk dan mereka rawat sudah cukup parah dan virus corona sangat cepat merusak paru-paru si pasien.
“ Jika kita lihat hasil rongen paru-paru si pasien yang positif Covid-19, paru-parunya sudah cukup parah lebih parah dari paru-paru perokok berat,” katanya.
Ani Dewiyana menyebutkan ruang isolasi atau ruangan Kirana itu sebenarnya untuk ruangan merawat penyakit paru-paru namun lantaran wabah Covid-19, ruangan itu digunakan ruang isolasi merawat pasien yang positif Covid-19.
Kader PDI Perjuangan ini meminta pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah agar mengambil hikmah atau pelajaran dari pasien 01,02 dan 03 yang terkonfirmasi positif Covid -19.
Hal itu disampaikan Nuryanto saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) dengan agenda, strategi dan kebutuhan penganggaran penanganan Covid – 19, Kamis (2/4/2020) di ruang Sidang Utama gedung DPRD kota Batam, Batam Center, Batam.
Hal senada disampaikan oleh anggota Komisi I DPRD Kota Batam T Erikson Pasaribu yang menyebutkan banyaknya laporan masyarakat khususnya keluarga pasien yang positif Covid-19 yang menilai lambatnya penanganan pihak RSUD Embung Fatimah.
“ Pihak rumah sakit Embung Fatimah harus mengklarifikasinya agar masyarakat bisa mengetahuinya, hal ini perlu agar masyarakat tidak terlalu resah akan Covid-19 sebab banyak juga kita ketahui pasien yang positif Covid-19 bisa sembuh,” katanya.
Menyikapi akan hal itu Direktur RSUD Embung Fatimah drg. Ani Dewiyana mengatakan bahwa pasien yang di rujuk dan mereka rawat sudah cukup parah dan virus corona sangat cepat merusak paru-paru si pasien.
“ Jika kita lihat hasil rongen paru-paru si pasien yang positif Covid-19, paru-parunya sudah cukup parah lebih parah dari paru-paru perokok berat,” katanya.
Ani Dewiyana menyebutkan ruang isolasi atau ruangan Kirana itu sebenarnya untuk ruangan merawat penyakit paru-paru namun lantaran wabah Covid-19, ruangan itu digunakan ruang isolasi merawat pasien yang positif Covid-19.
Ia juga menyebutkan ruangan Kirana tersebut sudah memenuhi standard namun ada beberapa yang dipenuhi diantaranya di ruangan pasien itu harus ada penyedot udara atau eksos pennya harus ada dating sehingga udara yang disedot dalam ruangan itu tidak langsung dibuang ke luar tetapi terlebih dahulu melalui dating.
Selain itu, katanya, ruangan itu harus ada Air Conditioner (AC) yang bertekanan negative. Sebab jika tidak bertekanan negative dikwatirkan udara di ruangan itu menyebarkan virus.
Ia membantah perawat atau dokter lambat menangani keluhan pasien, sebab setiap dokter atau perawat yang akan masuk ke dalam ruang isolasi harus memakai alat perlindungan diri (APD).
“ Untuk memakai APD itu membutuhkan waktu 15 sampai 20 menit, bayangkan saja sebelum memakai sepatu saja, kaki kita harus memakai tiga lapis,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Didi Kusmarjadi mengatakan untuk memasang AC bertekanan negative biayanya cukup tinggi sekitar Rp 400 juta,-
“ Yang memiliki AC bertekanan negative itu rumah sakit Awal Bros dan saya sudah konfirmasi dengan mereka untuk biaya membuat AC ruangan bertekanan negative untuk satu ruangan membutuhkan biaya sebesar Rp 400 juta,- ,”katanya.
Ia membantah perawat atau dokter lambat menangani keluhan pasien, sebab setiap dokter atau perawat yang akan masuk ke dalam ruang isolasi harus memakai alat perlindungan diri (APD).
“ Untuk memakai APD itu membutuhkan waktu 15 sampai 20 menit, bayangkan saja sebelum memakai sepatu saja, kaki kita harus memakai tiga lapis,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Didi Kusmarjadi mengatakan untuk memasang AC bertekanan negative biayanya cukup tinggi sekitar Rp 400 juta,-
“ Yang memiliki AC bertekanan negative itu rumah sakit Awal Bros dan saya sudah konfirmasi dengan mereka untuk biaya membuat AC ruangan bertekanan negative untuk satu ruangan membutuhkan biaya sebesar Rp 400 juta,- ,”katanya.
(Lian)
Posting Komentar
Facebook Disqus