Dilihat kali
LINGGA, Realitasnews.com – Sebanyak 26 orang peserta dari 13 kecamatan yang ada di kabupaten Lingga mengikuti pelatihan Tekad Tudung Manto yang digelar oleh Tim Penggerak PKK Kabupaten Lingga di Aula hotel Lingga Pesona pada Selasa (29/10/2019) malam, Rabu, (30/10/2019)
Ketua Pokja Dua PKK Kabupaten Lingga, Noni Setiawati mengatakan kegiatan ini digelar dalam rangka pelestarian Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Serta merupakan salah satu bentuk upaya PKK dan masyarakat untuk mendukung pelestarian, yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada 2015 lalu.
“ Kegiatan ini juga difungsikan untuk memotivasi masyarakat untuk mempertahankan maupun mencintai produk lokal yang merupakan khazanah kebudayaan Melayu. Selain itu, pelatihan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan,” katanya.
“Untuk pemasaran produk ibu-ibu jangan khawatir, tim penggerak PKK Kabupaten Lingga siap menjadi mediator atau fasilitator, sehingga tidak ada lagi masalah dalam pemasaran produk,” tambahnya.
Hanya saja menurut beliau, yang saat ini menjadi pemikiran mereka adalah mengenai labelisasi produk Tudung Manto tersebut yang menurutnya sangat penting untuk menunjukkan identitas asal produk tersebut kepada para konsumen.
“Oleh karena itu, saya atas nama ketua tim penggerak PKK mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah, agar kiranya masalah yang sedang dihadapi ini dapat diselesaikan secepatnya, bila perlu pemerintah daerah mengajukan hak paten produk ini yang merupakan produk asli dari kabupaten Lingga kepada pemerintah pusat,” katanya.
Asisten Administrasi Umum Setda Lingga, Siswandi mengatakan Pemerintah daerah sangat mendukung dan menaruh perhatian terhadap upaya pelestarian warisan kebudayaan Melayu Kabupaten Lingga. Sebagai bentuk perhatian tersebut, khususnya kepada Tudung Manto, Pemkab Lingga telah mendirikan gedung khusus untuk para pengrajin Tudung Manto yang saat ini berada di Kampung Mentok, Daik Lingga.
Bagi kecamatan yang belum ada, hendaklah bersabar. sebab Pemerintah daerah pasti akan berusaha mewujudkannya. Sebab tidak akan ada yang akan menjaga khazanah bangsa Melayu, kecuali orang Melayu itu sendiri.
Kepada para pengrajin yang tetap eksis dibidang tersebut untuk betul-betul menekuni pembuatan Tudung Manto itu, dan beliau pun mengajak untuk mewariskan keterampilan “menekat” Tudung Manto tersebut dengan cara melakukan perekrutan generasi muda, demi melestarikan khazanah bangsa Melayu.
Selain melestarikan yang sudah ada, beliau juga memotivasi kepada para pengrajin untuk melakukan inovasi produk, salah satunya dengan menciptakan motif-motif baru pada Tudung Manto agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun demikian, motif-motif baru ini perlu disepakati terlebih dahulu melalui Lembaga Adat Melayu Kabupaten Lingga. Sebab motif-motif baru itulah yang bisa dijadikan sebagai pembeda antara peradaban Melayu tempo dulu dengan peradaban Melayu modern saat ini.
Dengan adanya motif-motif baru ini diharapkan bisa menjadi pendongkak semangat bagi para pengrajin untuk terus eksis dan terus berkarya. Apalagi menurut beliau harga sehelai Tudung Manto bisa mencapai jutaan rupiah, sehingga usaha ini bisa menjadi sarana yang menjanjikan untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Adanya motif-motif baru ini, diharapkan bisa menjadi daya ungkit atau pemberi semangat bagi pengrajin tudung manto untuk terus eksis dan berkarya, apalagi harga 1 helai Tudung Manto ini bisa mencapai jutaan rupiah, tentulah usaha ini bisa menjadi sarana untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Selain menjaga kebudayaan tempo dulu, beliau berharap kepada seluruh masyarakat Kabupaten Lingga untuk menciptakan inovasi baru di bidang kebudayaan Melayu, yakni berupa tarian, irama dan nada musik, permainan rakyat, pakaian, kesusastraan, rancang bangunan, seni ukir, souvenir dan lain sebagainya.
Diakhir sambutan beliau berharap, dengan melestarikan dan mengembangkan khazanah budaya Melayu, untaian kalimat “Tak kan Melayu hilang di Bumi” benar-benar menjadi kenyataan.
Kepada para pengrajin yang tetap eksis dibidang tersebut untuk betul-betul menekuni pembuatan Tudung Manto itu, dan beliau pun mengajak untuk mewariskan keterampilan “menekat” Tudung Manto tersebut dengan cara melakukan perekrutan generasi muda, demi melestarikan khazanah bangsa Melayu.
Selain melestarikan yang sudah ada, beliau juga memotivasi kepada para pengrajin untuk melakukan inovasi produk, salah satunya dengan menciptakan motif-motif baru pada Tudung Manto agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun demikian, motif-motif baru ini perlu disepakati terlebih dahulu melalui Lembaga Adat Melayu Kabupaten Lingga. Sebab motif-motif baru itulah yang bisa dijadikan sebagai pembeda antara peradaban Melayu tempo dulu dengan peradaban Melayu modern saat ini.
Dengan adanya motif-motif baru ini diharapkan bisa menjadi pendongkak semangat bagi para pengrajin untuk terus eksis dan terus berkarya. Apalagi menurut beliau harga sehelai Tudung Manto bisa mencapai jutaan rupiah, sehingga usaha ini bisa menjadi sarana yang menjanjikan untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Adanya motif-motif baru ini, diharapkan bisa menjadi daya ungkit atau pemberi semangat bagi pengrajin tudung manto untuk terus eksis dan berkarya, apalagi harga 1 helai Tudung Manto ini bisa mencapai jutaan rupiah, tentulah usaha ini bisa menjadi sarana untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
Selain menjaga kebudayaan tempo dulu, beliau berharap kepada seluruh masyarakat Kabupaten Lingga untuk menciptakan inovasi baru di bidang kebudayaan Melayu, yakni berupa tarian, irama dan nada musik, permainan rakyat, pakaian, kesusastraan, rancang bangunan, seni ukir, souvenir dan lain sebagainya.
Diakhir sambutan beliau berharap, dengan melestarikan dan mengembangkan khazanah budaya Melayu, untaian kalimat “Tak kan Melayu hilang di Bumi” benar-benar menjadi kenyataan.
(MC)
Posting Komentar
Facebook Disqus