Dilihat kali
Wako Batam, M Rudi SE (Fhoto : Istimewa) |
BATAM, Realitasnews.com – Walikota Batam, M Rudi SE mengharapkan agar
dokter dan perawat yang bertugas di Puskesmas supaya turun ke lapangan
khususnya di daerah Hinterland. Hal ini ditegaskannya untuk menuntaskan kasua
penyakit tuberculosis (TB) di daerah Hinterland.
“Pencegahan ini lebih banyak lebih bagus.
Mereka tidak mungkin diisolasi. Dan biaya untuk pengobatan ini sangat besar
kalau sampai tersebar banyak akan sangat bahaya untuk kita harus mencegahnya,”
kata Wako Batam, M Rudi.SE saat Pencanangan Temukan dan Obati Sampai Sembuh
(TOSS) TB di Pelabuhan Internasional Sekupang, Kamis (13/4/2017).
Ia menceritakan bahwa beberapa tahun lalu
sempat terjadi kasus tuberculosis (TB) dengan pasien cukup banyak di pulau.
Pulau dinilai lebih rawan karena lokasinya yang jauh dari kota sehingga
pengobatan memerlukan biaya lebih besar. Oleh karena itu pemerintah berupaya
menekan angka tersebut dengan menurunkan tenaga kesehatan ke pulau-pulau.
Ia menjelaskan bahwa tiga tahun lalu di
Karas banyak penyakit TB. Hari ini sudah netral. Karena ada bidan dan
perawat yang datang tiga-dua hari sekali. Maka bidan perawat perlu diberi ilmu
juga. Supaya yang jauh-jauh bisa tertangani," ujarnya
Rudi mengatakan jumlah penderita TB
di Batam tahun 2016 lalu meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pada 2014 jumlah
penderita TB sebanyak 829 dengan kasus selesai 324, atau 39 persen. Kemudian
jumlah penderitanya menurun di 2015, sebanyak 605 kasus dan yang selesai 364
kasus. Angkanya kembali meningkat di 2016 sebanyak 833 kasus, yang
terselesaikan 173.
Ia juga meminta Dinas Kesehatan
menyiapkan anggaran untuk antisipasi apabila dana yang disiapkan lembaga
kesehatan dunia tidak cukup. Menurutnya anggaran pengobatan TB ini didapat dari
dunia internasional sebesar Rp 1,8 juta untuk pengobatan intensif selama enam
bulan.
"Kalau tidak cukup, bantu dari
daerah. Jangan sampai belum selesai pengobatannya karena biaya tidak
cukup," kata Rudi.
Pengobatan yang tidak tuntas pada
penderita TB ini dapat menyebabkan kondisi yang lebih parah. Pasien yang
mangkir dari pengobatan intensif berisiko terkena Multi Drugs Resistance (MDR).
Artinya tubuh pasien menjadi tahan terhadap efek obat.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Batam, Sri Rupiati
mengatakan terdapat 34 pasien MDR TB di Provinsi Kepulauan Riau.
Ia mengingatkan bahwa pengobatan TB
ini harus dilakukan intensif selama enam bulan. Jika sudah masuk tahap MDR maka
paket pengobatannya akan lebih mahal. maka perlu pencegahan.
"TB mangkir ada. Itu harus
dicegah. Maka kita turun, ada namanya kader pengawas menelan obat untuk
penderita yang mangkir tidak mau berobat tadi," kata Sri.
Sementara itu, Kepala Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas IB Batam, Anas Maruf mengatakan gerakan TOSS TB ini bertujuan
untuk memberikan pelayanan pengobatan yang berkualitas bagi penderita TB di
tengah masyarakat. "Karena menemukan dan mengobati
TB sampai sembuh itu merupakan tantangan," ujarnya. (R/ian)
Posting Komentar
Facebook Disqus