Dilihat kali
Foto: Agus Yudhoyono (Ari Saputra/detikfoto |
JAKARTA, Realitasnews.com - Cagub DKI Agus Harimurti Yudhoyono dalam pidato politiknya mematik kobaran semangat para pendukungnya. Agus mengajak semua rakyat DKI bersatu padu untuk membuat Jakarta semakin maju.
Di awal pidatonya, Agus menceritakan soal pengalamannya datang ke kawasan Luar Batang, Jakarta Utara. Pertemuannya dengan salah seorang warga membuat terkesan dirinya.
"Dulu, tempat ini adalah salah satu titik perlawanan terhadap penjajah Belanda. Kini, sebagian masyarakat menempatkan Luar Batang sebagai salah satu titik perlawanan terhadap ketidakadilan dan kesenjangan sosial," ungkap Agus di Ballroom Djakarta Theater, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (30/10/2016).
"Seorang ibu separuh baya meraih, lalu menggenggam tangan saya erat-erat. Ibu ini menatap saya lekat-lekat. Sambil agak bergetar suaranya, dia mengatakan 'Saya tidak menyangka, ada calon gubernur yang datang ke sini. Tolong kami pak, kami butuh keadilan. Jangan lupakan kami'," lanjutnya.
Menurut Agus, ibu yang ditemuinya adalah salah seorang warga yang rumahnya digusur. Pertemuan dengan ibu itu membuat Agus kembali terngiang atas keputusannya mundur dari TNI untuk maju di Pilkada DKI.
"Tanggal 22 September 2016, usai salat Istikharah saya berdialog dengan Tuhan Yang Maha Besar. Ya Allah, apakah ini sebuah godaan akan kekuasaan ataukah sebuah panggilan tugas yang suci?" kisah Agus.
Pada momen itu, mantan Danyon 203/Arya Kemuning itu mengaku melihat sebuah kalimat dari Robert Frost muncul di screen saver laptopnya. Saat itu Agus masih berada di Australia untuk memimpin latihan perdamaian prajuritnya.
"Two roads diverged in a wood, and I took the one less travelled by, and that has made all the difference. Memandu saya untuk meyakini bahwa ini adalah sebuah petunjuk dari Tuhan. Mengambil jalan yang lebih jarang dilalui, di mana hampir sulit ditemukan," ucapnya.
"Seorang Mayor dengan masa dinas 16 tahun, keluar dari zona nyaman dengan mengakhiri ikatan dinas di TNI dan ikut dalam pemilihan Gubernur, menjadi sebuah keputusan besar dan tidak mudah dalam perjalanan hidup saya," sambung Agus.
Pertemuan dengan warga Luar Batang tersebut menurutnya memperteguh keyakinan ia atas keputusan yang telah diambilnya. Keputusan mundur dari TNI, kata Agus, diyakini sebagai panggilan tugas suci untuk membela rakyat.
"Benar bahwa Jakarta harus terus berkembang, tetapi pada saat yang sama kita wajib memastikan agar warganya bisa hidup aman, adil, sejahtera dan makmur. Saya hadir di sini, sekali lagi, untuk memimpin perubahan itu ke arah yang lebih baik dan untuk menjawab panggilan tugas yang telah dipercayakan oleh Allah SWT, masyarakat Jakarta melalui perwakilannya dan hadirin sekalian," urai dia.
Agus menyatakan seharusnya tidak boleh ada warga Jakarta yang takut terhadap pemerintahnya sendiri. Pembangunan Jakarta pun disebutnya haruslah merata dan bukan untuk segelintir golongan.
"Jakarta yang kita inginkan seperti apa? Saya dan Ibu Sylvi berpendapat, Jakarta yang ingin kita wujudkan adalah Jakarta yang makin maju, makin aman, makin adil, makin bermartabat dan makin sejahtera," kata putera sulung Presiden ke-6 SBY itu.
Pasangan nomor urut satu tersebut mengingingkan agar 15 tahun mendatang Jakarta bisa menjadi kota Metropolitan yang maju dan modern. Namun tetap memiliki jati diri dan berakar pada nilai budayanya.
"Kita ingin, 5 tahun mendatang sebagian besar permasalahan mendasar dapat diatasi atau paling tidak kondisinya jauh lebih baik. Tetapi kita menyadari, Jakarta idaman seperti itu tak akan datang dari langit, juga bukan pekerjaan yang mudah," tuturnya.
"Tak cukup pula dengan kata-kata atau janji-janji kosong belaka. Banyak syaratnya dan banyak pula yang harus kita kerjakan. Tetapi ada satu hal yang penting. Kita bisa mengubah Jakarta ke arah yang jauh lebih baik jika Gubernur mendatang memiliki dan menjalankan 3 hal," tambah Agus.
Tiga hal penting itu disebutnya pertama adalah gubernur yang memiliki visi, misi, dan kebijakan yang tepat serta tajam. Kedua, sebut Agus, gubernur yang bisa mengubah paradigma pembangunan Jakarta yang berlaku saat ini menjadi paradigma Jakarta sebagai ruang kehidupan yang bermartabat dengan pembangunan yang adil, berimbang dan inklusif.
Kemudian yang ketiga adalah gubernur yang diharapkan menjalankan model kepemimpinan yang baru. Kepemimpinan yang tegas, berenergi tinggi, mau bekerja keras, adil dan mengayomi.
"Agus! Agus! Agus!" teriak pendukung. saat mantan prajurit TNI itu berbicara soal sosok pemimpin yang santun.
Agus menggarisbawahi bahwa sebagai pemimpin, gubernur harus melibatkan dan memberdayakan jajaran di bawahnya. Terutama wali kota yang disebutnya memiliki peran penting. Juga termasuk Ketua RT dan RW.
"Saya meyakini RT RW adalah garda terdepan. Oleh karena itu RT/RW harus kita dukung dan berdayakan, saya tidak habis pikir kalau RT/RW dicurigai setiap saat. Justru RT/RW harus kita support dan percayai menjadi mata dan telinga kita. Apapun sistem untuk membuat KTP, Ketua RT dan RW wajib mengetahuinya," beber Agus.
"Hidup Agus, hidup Agus. Nomor satu, nomor satu," sorai pendukung Agus semakin menggelora.
Agus pun berjanji jika mendapat amanah terpilih sebagai gubernur DKI, ia akan menjalankan tiga hal yang disebutkannya itu. Suami dari Annisa Pohan itu meminta bantuan kepada para pendukung untuk membantu dirinya mewujudkan Jakarta lebih baik.
"Apakah kita semua ingin Jakarta lebih sejahtera? Kalau kita menginginkan semua itu, maka jawabannya hanya SATU. Ya, hanya SATU," tegas Agus sambil mengangkat satu jarinya.
Dalam pidato politiknya, Agus tak hanya sekedar bicara. Ia pun menunjukkan gesture yang semakin memompa semangat para pendukung. Berkali-kali ia mengacungkan satu jari yang juga sekaligus sebagai penunjuk nomor urut satu.
"Mari kita bersatu dalam hati, bersatu. dalam pikiran, bersatu dalam langkah dan bersatu dalam perjuangan. One for all, all for one. Satu untuk Jakarta, Jakarta untuk rakyat," tutup Agus sambil berteriak.
(dtk)
Posting Komentar
Facebook Disqus