Dilihat kali
Foto: REUTERS/Naseer Ahmed |
Dalam pernyataannya, otoritas setempat menyebut sekelompok pria bersenjata menyerbu akademi kepolisian itu dari lima titik berbeda dan melakukan penyanderaan. Setidaknya ada ratusan calon polisi yang sedang tidur dan beristirahat di asrama yang ada di dalam kompleks tersebut.
Penyerbuan itu berakhir setelah lima jam kemudian, sedikitnya 59 orang tewas dan lebih dari 100 orang lainnya luka-luka. Kebanyakan yang tewas merupakan kadet atau calon polisi yang ikut pelatihan di akademi itu.
Dalam pernyataannya melalui kantor berita Amaq, seperti dilansir Reuters, Selasa (25/10/2016), ISIS menyatakan bertanggung jawab atas penyerbuan akademi kepolisian itu. ISIS menyebut ada tiga anggotanya yang melakukan serangan.
"Dengan menggunakan senapan mesin dan granat, kemudian meledakkan rompi peledak di tengah keramaian," klaim ISIS dalam pernyataannya.
Namun dalam pernyataan sebelumnya, otoritas Pakistan menuding kelompok ekstremis Sunni, Lashkar-e-Jhangvi, yang mendalangi serangan yang terjadi pada Senin (24/10/2016) malam tersebut.
Salah satu komandan militer di Baluchistan, Jenderal Sher Afgun, mengungkapkan bahwa penyadapan komunikasi antara penyerang dengan pihak yang memberikan perintah, menunjukkan bahwa instruksi disampaikan Lashkar-e-Jhangvi (LeJ) dari Afghanistan.
Dalam pernyataan terpisah, Menteri Dalam Negeri Wilayah Baluchistan, Mir Sarfaraz Bugti, menyebut ada tiga pelaku yang menyebut akademi kepolisian itu. Pernyataan ini berbeda dengan otoritas Pakistan yang sebelumnya menyebut ada 5-6 pria bersenjata yang menyerbu akademi kepolisian itu.
"Dua pelaku meledakkan diri mereka, sedangkan pelaku ketiga ditembak di kepala oleh pasukan keamanan," terang Bugti.
Perdana Menteri Nawaz Sharif dan Panglima Militer Jenderal Raheel Sharif langsung bergegas mendatangi Quetta setelah serangan ini terjadi. (dtk)
Posting Komentar
Facebook Disqus