Dilihat kali
Dia menulis testimoni berjudul 'Cerita busuk dari seorang Bandit'. Dalam testimoni itu, Fredi menyebut ada keterlibatan sejumlah pejabat negara termasuk petinggi di Institusi Polri, TNI dan BNN menyangkut pengamanan transaksi narkoba dalam segala besar.
Haris mengaku Fredi tidak menyebut nama pejabat BNN, Polri dan TNI yang terlibat dalam bisnis barang haram tersebut. Haris menyebut Fredi mengaku telah menuliskan di pleidoinya. Polisi, BNN menuding Haris menyebarluaskan informasi tidak valid.
BNN, TNI dan Polri melaporkan Haris ke polisi dengan tuduhan pelanggaran Pasal 27 Undang-undang ITE. Haris membela diri. Berikut pembelaannya dikutip meredeka.com, Sabtu (6/8/2016).
1. Kesaksian Fredi sedang dikembangkan
Koordinator KontraS Haris Azhar berjanji bakal mengungkap nama-nama pejabat Polri, TNI dan Badan Narkotika Nasional (BNN) yang ada dalam testimoni milik terpidana mati Fredi Budiman. Namun, sebelum diungkap ke publik, Haris masih menunggu ketegasan pemerintah terkait testimoni tersebut.
"Bahan wawancara kesaksian Fredi sedang kita kembangkan, nanti bisa kita ekspose. Kami butuh ketegasan dari negara meresponnya gimana setelah kita ekspose nama terus nguap," kata Haris di Kantor KontraS, Jakarta, Jumat (5/8/).
2. Ada saksi pernyataan Fredi
Koordinator KontraS Haris Azhar mengaku punya saksi untuk membuktikan semua pernyataan Fredi. Bahkan, dia menantang negara segera merespon tulisannya dengan cara konstruktif.
"Saya punya saksi soal pernyataan Fredi. Saya tantang negara respon tulisan saya dengan cara konstruktif," tandas Haris.
3. Tidak bermaksud cemarkan nama BNN, Polri dan TNI
Polri menganggap testimoni terpidana mati Fredi Budiman yang diungkap Koordinator KontraS Haris Azhar berjudul 'Cerita busuk seorang Bandit' telah mencederai citra institusi penegak hukum. Apa lagi dalam testimoni itu disebut adanya keterlibatan pejabat Polri, TNI dan BNN dalam bisnis narkoba skala besar.
Koordinator KontraS Haris Azhar menegaskan, testimoni itu diungkap ke publik agar Polri mendapat informasi awal untuk membongkar keterlibatan pejabat institusi penegak dalam kasus peredaran narkoba di Indonesia.
"Testimoni tidak ditujukan dan dimaksudkan untuk mencemarkan nama baik institusi negara dalam hal ini, Polri, TNI dan BNN. Cerita itu adalah upaya kami memberikan informasi awal," kata Haris di kantor KontraS, Jakarta, Jumat (5/8/2016).
4. Laporkan ke polisi buang energi
Haris menyesalkan langkah Polri, TNI dan BNN yang melaporkan dirinya dengan tuduhan pencemaran nama baik. Padahal, testimoni milik terpidana mati Fredi Budiman berjudul 'Cerita busuk seorang Bandit' itu sengaja diungkap agar Polri memiliki informasi awal untuk mengungkap keterlibatan sejumlah pejabat di institusi penegak hukum dalam kasus peredaran narkoba skala besar.
Selain itu, Haris juga menilai pelaporan dirinya ke Bareskrim hanya membuang energi baik dari pihak terlapor maupun pelapor. Menurut dia Polri, TNI dan BNN seharusnya membuat tim untuk mengungkap sejumlah pejabat yang diduga terlibat dalam bisnis haram tersebut.
"Saya bukan takut, tapi buat apa buang-buang energi. Seharusnya energi kita satukan untuk menyelesaikan kasus-kasus narkoba," ucap dia.
5.Bertekad testimoni didengar Jokowi
Koordinator KontraS Haris Azhar mengaku sudah berusaha mengomunikasikan data yang dimilikinya soal keterlibatan sejumlah institusi dalam kasus Fredi pada Presiden Joko Widodo lewat Jubir Kepresidenan, Johan Budi.
"Saya sampaikan lewat lisan, hari Senin (25/7) lalu lewat telepon pada Johan Budi, saat itu saya sedang di Palu," kata Haris saat ditemui di kantornya, Rabu (3/8).
Senin itu, lanjut dia, Johan Budi tak memberikan respons. Lalu dia memutuskan menyebarluaskan testimoni Fredi pada Kamis. Namun terlebih dulu, dia juga sudah mengirimkan testimoni serupa ke Johan Budi.
Haris tetap bertekad testimoni yang dimilikinya sampai ke Jokowi. Namun tak kesampaian karena eksekusi mati tinggal beberapa jam lagi, hingga akhirnya dia menyebarkan informasi yang diterimanya.
"Saya menyebarkan informasi itu kira-kira 3 sampai 4 jam sebelum eksekusi Fredi Budiman," ujar Haris.
Satu jam berselang testimoni itu mungkin sampai ke publik, dia mengaku ditelepon Kepala Humas BNN Slamet Pribadi. Slamet menghubunginya hanya untuk memastikan broadcast yang tersebar itu.
"Jadi sebelumnya, 2 pejabat itu (Johan Budi dan Slamet) sudah tahu informasi itu. Mungkin saya tidak optimal, tapi bukan berarti saya tidak mau ngapain-ngapain. Saya merasa sudah bicara pada orang yang tepat, karena hanya Presiden yang bisa memberhentikan itu di detik-detik terakhir adalah Johan Budi," tutupnya. (merdeka.com)
Editor : Lamra
Social Link