Dilihat kali
Penumpang Dan Nahkoda Tidak Memakai Life Jacket (Fhoto : Aljupri/realitasnews.com) |
KARIMUN, Realitasnews.com- Kesadaran masyarakat Karimun masih rendah
untuk memakai life jacket, khususnya warga pulau Parit, Karimun padahal pihak
pengelola atau ketua boat pancung tujuan Karimun-pulau parit sudah menyediakan
life jacket atau baju pelampung sebagai safety jika kapal pompong yang mereka
tumpangi karam.
Saat ini cuaca di
perairan Kepri sangat ekstrim, bahkan di Tanjung Pinang sebuah kapal Pompong,
transfortasi lintas antar pulau, dari
Tanjung Pinang ke pulau Penyengat karam pada MInggu (21/8/2016) pagi akibat
diterjang gelombang disertai angin kencang.
Peristiwa
tersebut tidak membuat warga pulau Parit
Karimun untuk lebih waspada, pantauan realitasnews.com.Senin (22/8/2016) di pelabuhan
Samping Gabion.jalan Ahmad Yani Karimun, boat pancung yang berkapasitas sekitar
10 hingga 12 penumpang berangkat dari
Karimun menuju pulau Parit tidak satupun dari penumpang bahkan nahkodanya yang memakai baju keselamatan atau life jacket.
Ketua Persatuan
Boat Pancung Desa Parit Balai, Suhaimi mengatakan pihaknya memiliki baju
keselamatan atau life jacket sumbangan dari
KSOP Tanjungbalai Karimun, Polres Karimun, Dinas Perhubungan dan TNI AL. Namun
dengan boat pancung Tanjungbalai-Pulau Parit yang berjumlah cukup banyak, baju
keselamatan bantuan tersebut tidak cukup untuk dibagikan pada seluruh penumpang.
"Yang
terdaftar resmi ada 36 pancung. Satu pancung kapasitasnya maksimal 12 orang.
Paling bantuan yang dapat hanya puluhan saja. Jadi life jaket bantuan itu tidak
cukup untuk seluruhnya," kata pria yang akrab disapa Emi itu saat
dijumpai.
Untuk
mengantisipasi kekurangan, para nahkoda pernah memberlakukan sistim setiap
pancung secara bergantian memberikan baju keselamatan pada penumpang. Mereka
menyiapkan 15 baju keselamatan yang kemudian diserahkan kepada setiap penumpang
pancung yang akan berangkat. Namun sebagian penumpang banyak yang enggan
menggunakannya maka cara tersebut tidak dipakai lagi.
"Jadi dulu
pernah di pelabuhan ini disediakan 15 life jaket dan di Parit 15 jacket juga.
Nanti sampai di tujuan penumpang serahkan lagi pada agen dan dipakai lagi oleh
penumpang pancung selanjutnya. Tapi penumpang gak ada yang mau memakainya cuma dipegang saja, alasan mereka ribet,"
jelas Emi.
Ditambahkan wakil
ketua persatuan boat pancung Parit-Balai, Sudiro, para nahkoda tidak mampu
menyediakan baju keselamatan secara pribadi. Oleh karena itu pihaknya masih
mengumpulkan bantuan yang ada hingga mencukupi untuk dibagikan pada seluruh
pemilik boat pancung.
"Kalau
nahkoda macam tak mampu beli sendiri. Satu jaket harganya Rp 60.000. Jadi ada
bantuan kita kumpulkan. Kalau sudah cukup baru kita bagikan biar tidak ada
kecemburuan," terangnya.
Saat ini untuk
meminimalisir resiko yang akan terjadi, para nahkoda boat pancung berpatokan
pada kondisi cuaca. Apabila cuaca di laut sedang tidak bersahabat maka boat
pancung tidak akan mengangkut penumpang. Para nahkoda juga mengharapkan bantuan
dari pemerintah agar dapat memberikan bantuan mengenai keselamatan berlayar
tersebu atau lif jacket. (Jup)
Editor :
Lamra
Social Link